Tahun 2018 adalah awal sandiwara politik negara ini di mulai kembali, Tahun dimana bencana alam menunjukkan existensinya dalam kancah perpolitikan nasional.

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

peta kota palu

  • Erupsi/meletus’a gunung merapi
  • Erupsi/meletus’a gunung agung (bali).. anak gunung krakatau erupsi/meletus bahkan sampai mengluarkan lahar
  • Gempa bumi di NTB lombok gunung rinjani bahkan sampe ke bali
  • Kebakaran hutan seperti gunung bromo di sabana’a (jawa timur)
  • Gunung andong (jawatengah)
  • Gunung sindoro temanggung
  • Gunung sumbing
  • Gunung ciremai (jawa barat)
  • Gempa Lombok & Likuifaksi sunami di daerah palu di kab, sigi (selawesi) yg tdk berjauhan dngn wilayah palu hanya jarak 30km saja.. tiba2 mengluarkan lumpur dri dlm tanah’a yg menghanyutkan rumah & pepohonan.
  • Dan masih banyak lagi…

Tidak sepantasnya juga kita yg tidak berada dalam area bencana mengucapkan kalimat Alhamdulillah.. ketika bagian dari tubuh kita sedang menanggung sakit.

pertanyaannya.. Apakah perpolitikan ini menyatukan tubuh negara ini dari bencana besar, Atau malah tubuh ini menjadi bercerai-berai.?

Sedikit sejarah kota palu

Tahukah kita sejarah Kota Palu? Kota Palu berasal dari kata Topalu’e yang artinya Tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan, terjadi gempa dan pergeseran lempeng sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu. Kalimat ini saya sadur dari Wikipedia, artinya memang Kota Palu sudah berdiri diatas patahan besar sejak dulu.
.
Kota Palu sendiri sudah ada sejak jaman Hindia Belanda, bahkan Kerajaan Palu berdiri sejak tahun 1796. Lalu berkembang tahun demi tahun hingga dikukuhkan menjadi Ibukota Propinsi pada tahun 1978. Sejarah mencatat ternyata sudah beberapa kali Palu mengalami gempa besar, yang tertua tercatat pada tanggal 1 Desember 1927 dan mengakibatkan gempa disusul dengan tsunami di Teluk Palu, lalu gempa terjadi lagi 30 Januari 1930 juga disertai dengan tsunami, 14 Agustus 1938 juga terjadi hal yang lalu, lagi dan lagi dan lagi. “Apakah masyarakat Palu tidak menyadari ada potensi bencana besar yang sewaktu-waktu bisa memporak porandakan kota mereka tercinta?”.
.
Palu, Kota ini amatlah strategis, terletak di teluk yang menghadap lautan, dengan pemandangan indah, dataran yang landai, subur, dan menjadi penghubung vital Sulawesi bagian Utara dan Selatan.


Tapi tahukah kita bahwa Kota Palu :
1. terletak didataran alluvial dengan sedimentasi yang belum solid, kaya akan kandungan air didalam sedimennya
2. Terletak di teluk yang merupakan corong pengumpul energy jika terjadi gelombang tsunami
3. Berada di lembah yang dihimpit oleh pegunungan, dan lembah itu ternyata merupakan hasil dari sebuah patahan (Sesar Palu Koro yang berarah baratlaut – tenggara) teraktif didunia dengan rata-rata pergerakannya adalah 40mm pertahun.

Gambar mungkin berisi: teks

Dengan kondisi demikian maka sebenarnya bencana ini adalah sesuatu yang hanya tinggal menunggu “waktu”. Gempa utama pada hari Jum’at 28 September 2018, sang sesar Palu-Koro bergerak, mengeluarkan energi terpendamnya, lalu memicu gelombang tsunami yang menghantam sepanjang sisir barat Sulawesi dan memporak-porandakan Teluk Palu dan seisinya, dan juga gempa ini memicu sebuah fenomena alam bahkan bencana alam bernama “Likuifaksi”


Likuifaksi ini terpicu oleh bergeraknya massa batuan karena gempa utama 7.4 SR dan membuat pergerakan longsoran “Submarine slope failure” sepanjang zona patahan dengan sedimentasi lunak diatasnya (di lembah yang kebetulan dijadikan perumahan). Tanah menjadi kehilangan daya dukung, air yang ada didalamnya keluar, batuan endapan menjadi layaknya bubur, dan pada akhirnya segala yang ada diatasnya amblas seperti ditelan bumi.


Tidak sepantasnya daerah ini dibangun Kota besar, mungkin masyarakat dulu belum paham dengan baik bahaya yang mengancam. Sudahlah……saya yakin pemerintah akan memikirkan tata kota yang lebih baik, sudah cukup korban yang terenggut.


Saya hanya ingin menekankan disini, sudah saatnya kita melek akan waspada bencana, bahkan ini sudah kategori terlambat, seharusnya dari dulu……huhuhuhuhuhuhuhuhu, tapi nasi sudah jadi bubur, bangsa kita harus bangkit, harussss berdiri lebih tegak dari sekarang, jika bukan dimasa kita bencana-bencana terjadi, bisa jadi dimasa anak cucu kita. Siapkah mereka??? Siapkah?? Mari mempersiapkan mereka dan juga kita, demi masa depan kita, yang berdiri diatas lempeng bumi yang dinamis.


Salam